Bab
I
Pendahuluan
a. Latar belakang
Selain
keberagaman tema cerita, pada umumnya berupa masalah tentang kehidupan
sehari-hari seperti sosial, budaya, percintaan, ekonomi, hingga kemampuan
penulis dalam menghadirkan penokohan dan alur yang tidak terduga oleh pembaca.
Keberagaman konflik yang disematkan oleh pengarang menjadi sebuah daya tarik
tersendiri, salah satunya yaitu konflik dalam kisah politik.
Setiap
keberlangsungan pemerintahan, pasti terdapat perlawanan dari pihak-pihak yang
merasa di rugikan dan dominan di masyarakat, menghimpun masyarakat untuk
melakukan perlawanan seperti dalam sebuah partai politik.
Hal-hal
tersebut terdapat di dalam cerita pendek yang berjudul “Bawuk” karya Umar Kayam yang berisi tentang dominasi kekuasaan dan
penindasan terhadap anggota PKI dan yang terlibat berdasarkan teori Hegemoni.
b.
Landasan
Teori
Hegemoni berasal dari bahasa Yunani yaitu hegeisthai, yang mempunyai pengertian
memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain. Hegemoni
adalah sebagai suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial
lainnya, melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan penindasan.
Menurut Gramsci, suatu kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok
antagonistik yang cenderung dihancurkan.
Kelompok tersebut menjadi dominan apabila
menjalankan kekuasaan dan sudah memegang dominasi (dalam Faruk, 2013:141)...Antonio
Gramsci membangun teori hegemoninya
dengan sebuah konsep. Konsep itu adalah ide yang dipandang sebagai satu
kekuatan yang lebih fisik dalam hal kontrol ataupun penguasaan atas politik...
hegemoni dengan bahasa yang lebih sederhana
merupakan satu supremasi satu kelompok ataupun beberapa kelompok
terhadap kelompok yang lain tanpa diikuti oleh kekuasaan yang didasarkan pada
paksaan atau fisik. Intinya, hegemoni menginginkan sikap dan sifat sukarela terhadap
kekuasaan yang menguasinya. (Susanto, 2016; 129)
Menurut Lenin, hegemoni adalah satu mekanisme untuk
melakukan revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dan anggotanya, konsepnya
yaitu dominasi kelas. Tujuannya yaitu untuk memperoleh dukungan dari kelompok
mayoritas. Sedangkan Gramsci, menurutnya hegemonipun berlaku untuk kelas
kapitalis dan pendukungnya, konsepnya yaitu kepemimpinan moral.
Bab II
Pembahasan
a.
Sinopsis
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang wanita yang
bernama Bawuk, putri bungsu dari keluarga Sunyo, putri seorang ‘onder’, priyayi
Jawa. Ketika Bawuk dewasa, ia berkenalan dengan Hassan, ia seorang aktivis
Partai Komunis Indonesia. Kemudian keduanya menikah dan memiliki dua buah hati,
seorang putri dan seorang putra.
Ketika
peristiwa gerakan 30 September meletus, Hassan yang merupakan anggota PKI tersebut
terus-terusan dikejar oleh tentara. Bawuk membawa kedua anaknya pindah keluar
kota, itu ia lakukan untuk melarikan diri dari kejaran tentara, karena pada
saat itu bukan hanya anggota PKI saja yang dikejar, tetapi keluarganyapun tak
tuput dari kejaran tentara.
Kemudian Bawuk
mengambil keputusan yaitu menitipkan kedua anaknya pada ibunya, karena tidak
mungkin ia membawa kedua anaknya. Saat Bawuk di rumah ibunya, ia disambut oleh
keempat saudaranya dan mereka membujuk Bawuk agar tetap tinggal di rumah ibunya.
Namun bawuk menolaknya, ia tetap ingin mencari suaminya.
Diakhir cerita,
kedua anak Bawuk sedang mengaji dan ibu Bawuk membaca surat kabar yang berisi
tentang G30S/PKI sudah selesai ditumpas dan menantunya merupakan salah satu
dari sekian banyak orang yang meninggal karena terkena peluru yang dilepaskan
oleh tentara, sedangkan Bawuk tidak terdengar beritanya, entah ia masih hidup
atau sudah meninggal.
b.
Analisis
Cerita pendek “Bawuk” karya Umar Kayam ini bercerita tentang penumpasan anggota
PKI pada september 1965. Telah dijelaskan dalam landasan teori, hegemoni yaitu
sebagai suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya,
melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan penindasan.
Dalam cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam ini terdapat beberapa hegemoni dominasi di
dalamnya, yaitu:
Hegemoni yang dilakukan oleh Hassan terhadap
istrinya, Hassan yaitu anggota dari Partai Komunis Indonesia. Hassan sering
memberi tahu perkembangan PKI pada Bawuk,
mengajaknya berdiskusi, serta membantu mengerjakan tugas yang terkait
kegiatan PKI. Namun Hassan tidak pernah menyuruh ataupun memaksa Bawuk untuk ikut bergabung dalam
organisasi tersebut. Dapat dilihat dalam kutipan berikut;
“Meskipun
aneh kedengarannya, Bawuk, yang telah sekian tahun menjadi istri seorang pemimpin komunis, tak
pernah secara resmi menjadi anggota Gerwani, tentang Lekra, tentang anak
organisasi PKI lainnya. Suaminya selalu memberitahukannya tentang perkembangan organisasi
itu, mendorongnya untuk ikut secara aktif, mengajaknya berdiskusi, dan
memberinya bahan bacaan yang cukup banyak. Tetapi, Hassan tidak pernah
menganjurkan atau menyuruh agar Bawuk secara resmi masuk menjadi anggota salah
satu anak organisasi PKI itu” (Kayam, 2003:119).
Dari kutipan di atas, Bawuk tidak
menyadari bahwa ia telah terhegemoni oleh Hassan dan secara tidak langsung
Bawuk menjadi salah satu bagian dari PKI yaitu dengan melakukan hal-hal
berkaitan dengan PKI, hal ini terjadi dibawah
alam sadar Bawuk. Ketika ditanya
oleh saudara-saudaranya, ia bingung dengan hubungan yang ia miliki dengan PKI.
Karena sesuatu yang jelas bagi Bawuk yaitu hubungan Bawuk dengan Hassan, hanya
itu yang ia tahu. Dapat dilihat pada kutipan berikut;
“Tidak Yu
Mi. Sungguh, secara jujur aku iri kepada kemampuanmu melihat segala persoalan.
Begitu terang, begitu sederhana, dan begitu sistematis. Saya selalu kesulitan
di dalam mencoba mengerti dengan sederhana dan jelas tentang hubungan dengan PKI itu. Satu-satunya hal
yang terang bagiku hanya hubunganku dengan Hassan.”
“Bagaimana? Dia PKI kan?
“Betul, Yu
Mi. Tapi ya, hanya itulah yang menjelaskan kaitanku dengan PKI. Yang
lain-lainnya, seperti kenapa aku mau terus lari bersama PKI, kadang-kadang jadi
kurir mereka, mencatat beberapa hal untuk mereka, saya ... saya tidak begitu
jelas. Sungguh itu sesuatu yang kompleks untuk bisa saya terangkan meskipun
buat saya sendiri, Yu Mi” (Kayam,
2003: 131-132).
“...Mereka
mendengar tentang Aidit yang berada di sekitar Solo, dan mereka mendengar
tentang sikap Sukarno terhadap Gestapu yang disebutnya Gestok. Laporan-laporan
itu dengan hangat dinilai dan dibicarakan bersama-sama. Rakyat di kecamatan T
mesti disiapkan untuk segala kemungkinan. Diperhitungkan, tentara, lambat atau
cepat, pasti akan menggempur T. Mereka memutuskan rakyat perlu dipertebal
semangatnya dan dibawa ke arah kondisi mental untuk bertempur. Itu berarti
bahwa mereka harus dibawa ke arah suasana fanatisme yang tidak kenal ragu-ragu
lagi...” (Kayam, 2013:118).
Setelah
mendengar informasi mengenai tentara yang mulai melakukan penumpasan di S dan
sekitarnya. Hassan dan anggota PKI yang lainnya mulai mempersiapkan untuk
menghadapi situasi dan meningkatkan perondaan di kecamatan T. Dapat dilihat
pada kutipan berikut;
“...Orang
laki-laki dikumpulkan serta ditempatkan dalam tempat-tempat strategis.
Latihan-latihan kemiliteran terus ditingkatkan. Mental mereka terus-menerus
digembleng dengan keyakinan bahwa semangat mereka lebih kuat daripada serdadu-serdadu
sewaan...” (Kayam, 2003:120).
Selain itu pemuda yang ada di kecamatan
T ditekankan arti situasi revolusioner (cenderung menghendaki perubahan secara
menyeluruh dan mendasar), yaitu suatu situasi di mana pengertian teori tentang
perjuangan bersenjata kaum tani akan segera dicoba. Upaya yang dilakukan Hassan
dan anggota PKI terhadap pemuda yang ada di kecamatan T, kepada para petani
yang bukan kader didengungkan bahwa perjuangan hidup dan mati, perjuangan
tentang hak tanah, tentang hari depan tanah-tanah pertanian mereka, tentang
hasil produksi pertanian mereka yang sekarang mau dirampas oleh
kekuatan-kekuatan reaksioner yang meminjam bedil-bedil tentara sewaan, sehingga
menimbulkan reaksi pada rakyat yang telah terhegemoni dapat dilihat pada kutipan
berikut;
“...Petani-petani
yang sudah dilatih Hassan melawan dengan cung, dengan molotov cocktail, dengan bambu runcing, dengan segala senjata.
Petani-petani itu melawan menurut petunjuk pemimpin-pemimpin mereka. Mereka
melawan dengan semangat dan pengertian bahwa yang menjadi lawan mereka adalah
kaum reaksi yang akan menghancurkan mereka, yang akan merampas tanah-tanah
mereka. Hasilnya sangat mengerikan. Petani-petani yang belum begitu lama
mendapat latihan kemiliteran itu melawan dengan membabi-buta...” (Kayam,
2003:122).
“...Dan
para petani yang tidak mau menyerah, dihantam tanpa ampun lagi. Mayat mereka
bergelimpangan di pematang sawah, di pinggir kali, dan di lorong-lorong
pedukuhan. Seperempat dari penduduk telah mati, hampir separo dari penduduk
laki-laki telah menjadi tawanan tentara. Mereka yang menjadi tawanan, sudah
selesai mengumpulkan mayat-mayat kawan mereka dan menguburkannya, digiring dan
dikumpulkan di halaman kecamatan” (Kayam, 2003:122).
Dari
kutipan diatas, pemerintah menugaskan tentara untuk menindas para pemuda dan
petani di kecamatan T. Menyebabkan seperempat dari penduduk meninggal dan
penduduk laki-laki yang menjadi tawanan mengumpulkan mayat-mayat, kemudian di
kuburkan.
Bab
III
Simpulan
Menurut
Gramsci, suatu kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok antagonistik yang
cenderung dihancurkan. Kelompok tersebut menjadi dominan apabila menjalankan
kekuasaan dan sudah memegang dominasi (dalam Faruk, 2013:141). Dalam kehidupan
bermasyarakat pasti ada kelompok yang mendominasi diantara yang lainnya, adanya
perlawanan dari pihak-pihak yang merasa di rugikan dan dominan di masyarakat,
menghimpun masyarakat untuk melakukan perlawanan seperti dalam sebuah partai
politik.
Dalam
cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam terdapat
hegemoni yang dilakukan oleh Hassan terhadap Bawuk. Dengan cara memberi tahu
perkembangan PKI pada Bawuk, mengajaknya
berdiskusi, serta membantu mengerjakan tugas terkait dengan kegiatan PKI.
Selain itu Hassan juga menghegemoni
masyarakat. Ia menghegemoni kelompok-kelompok yang ada di masyarakat dengan
kepemimpinan intelektual untuk bergabung dan membantu dalam melawan tentara.
Serta pemerintahpun melakukan hegemoni
terhadap Partai Komunis berupa hegemoni dominasi yang kemudian melakukan
penindasan terhadap orang-orang yang menjadi anggota PKI dan yang terlibat. Khususnya para petani dan
pemuda di kecamatan T yang telah terhegemoni oleh Hassan dan anggota PKI yang lain.
Dari cerpen ini kita mendapat
membayangkan bagaimana keadaan pada zaman tersebut, sejarah dan politik,
orang-orang yang menghegemoni dan terhegemoni.
Faruk.
2013. Pengantar Sosiologi Sastra: dari
Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto,
Dwi. 2016. Pengantar Kajian Sastra. Jakarta:
CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Kayam, Umar. 2003. Seribu Kunang-kunang di Manhattan: Kumpulan Cerpen Umar Kayam.
Jakarta: Pustaka Utama Grafitri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar