Minggu, 13 Januari 2019

Hegemoni dalam Cerpen “Bawuk” Karya Umar Kayam

Bab I
Pendahuluan
a.      Latar belakang
Selain keberagaman tema cerita, pada umumnya berupa masalah tentang kehidupan sehari-hari seperti sosial, budaya, percintaan, ekonomi, hingga kemampuan penulis dalam menghadirkan penokohan dan alur yang tidak terduga oleh pembaca. Keberagaman konflik yang disematkan oleh pengarang menjadi sebuah daya tarik tersendiri, salah satunya yaitu konflik dalam kisah politik.
Setiap keberlangsungan pemerintahan, pasti terdapat perlawanan dari pihak-pihak yang merasa di rugikan dan dominan di masyarakat, menghimpun masyarakat untuk melakukan perlawanan seperti dalam sebuah partai politik.
Hal-hal tersebut terdapat di dalam cerita pendek yang berjudul “Bawuk” karya Umar Kayam yang berisi tentang dominasi kekuasaan dan penindasan terhadap anggota PKI dan yang terlibat berdasarkan teori Hegemoni.

b.      Landasan Teori
Hegemoni berasal dari bahasa Yunani yaitu hegeisthai, yang mempunyai pengertian memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain. Hegemoni adalah sebagai suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya, melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan penindasan. Menurut Gramsci, suatu kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok antagonistik yang cenderung dihancurkan.
Kelompok tersebut menjadi dominan apabila menjalankan kekuasaan dan sudah memegang dominasi (dalam Faruk, 2013:141)...Antonio Gramsci membangun teori hegemoninya  dengan sebuah konsep. Konsep itu adalah ide yang dipandang sebagai satu kekuatan yang lebih fisik dalam hal kontrol ataupun penguasaan atas politik... hegemoni dengan bahasa yang lebih sederhana  merupakan satu supremasi satu kelompok ataupun beberapa kelompok terhadap kelompok yang lain tanpa diikuti oleh kekuasaan yang didasarkan pada paksaan atau fisik. Intinya, hegemoni menginginkan sikap dan sifat sukarela terhadap kekuasaan yang menguasinya. (Susanto, 2016; 129)
Menurut Lenin, hegemoni adalah satu mekanisme untuk melakukan revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dan anggotanya, konsepnya yaitu dominasi kelas. Tujuannya yaitu untuk memperoleh dukungan dari kelompok mayoritas. Sedangkan Gramsci, menurutnya hegemonipun berlaku untuk kelas kapitalis dan pendukungnya, konsepnya yaitu kepemimpinan moral.

Bab II
Pembahasan
a.      Sinopsis
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang wanita yang bernama Bawuk, putri bungsu dari keluarga Sunyo, putri seorang ‘onder’, priyayi Jawa. Ketika Bawuk dewasa, ia berkenalan dengan Hassan, ia seorang aktivis Partai Komunis Indonesia. Kemudian keduanya menikah dan memiliki dua buah hati, seorang putri dan seorang putra. 
Ketika peristiwa gerakan 30 September meletus, Hassan yang merupakan anggota PKI tersebut terus-terusan dikejar oleh tentara. Bawuk membawa kedua anaknya pindah keluar kota, itu ia lakukan untuk melarikan diri dari kejaran tentara, karena pada saat itu bukan hanya anggota PKI saja yang dikejar, tetapi keluarganyapun tak tuput dari kejaran tentara. 
Kemudian Bawuk mengambil keputusan yaitu menitipkan kedua anaknya pada ibunya, karena tidak mungkin ia membawa kedua anaknya. Saat Bawuk di rumah ibunya, ia disambut oleh keempat saudaranya dan mereka membujuk Bawuk agar tetap tinggal di rumah ibunya. Namun bawuk menolaknya, ia tetap ingin mencari suaminya. 
Diakhir cerita, kedua anak Bawuk sedang mengaji dan ibu Bawuk membaca surat kabar yang berisi tentang G30S/PKI sudah selesai ditumpas dan menantunya merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang meninggal karena terkena peluru yang dilepaskan oleh tentara, sedangkan Bawuk tidak terdengar beritanya, entah ia masih hidup atau sudah meninggal.

b.      Analisis
Cerita pendek “Bawuk” karya Umar Kayam ini bercerita tentang penumpasan anggota PKI pada september 1965. Telah dijelaskan dalam landasan teori, hegemoni yaitu sebagai suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya, melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan penindasan. 
Dalam cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam ini terdapat beberapa hegemoni dominasi di dalamnya, yaitu:
Hegemoni yang dilakukan oleh Hassan terhadap istrinya, Hassan yaitu anggota dari Partai Komunis Indonesia. Hassan sering memberi tahu perkembangan PKI pada Bawuk,  mengajaknya berdiskusi, serta membantu mengerjakan tugas yang terkait kegiatan PKI. Namun Hassan tidak pernah menyuruh ataupun  memaksa Bawuk untuk ikut bergabung dalam organisasi tersebut. Dapat dilihat dalam kutipan berikut;
“Meskipun aneh kedengarannya, Bawuk, yang telah sekian tahun  menjadi istri seorang pemimpin komunis, tak pernah secara resmi menjadi anggota Gerwani, tentang Lekra, tentang anak organisasi PKI lainnya. Suaminya selalu memberitahukannya tentang perkembangan organisasi itu, mendorongnya untuk ikut secara aktif, mengajaknya berdiskusi, dan memberinya bahan bacaan yang cukup banyak. Tetapi, Hassan tidak pernah menganjurkan atau menyuruh agar Bawuk secara resmi masuk menjadi anggota salah satu anak organisasi PKI itu” (Kayam, 2003:119).

Dari kutipan di atas, Bawuk tidak menyadari bahwa ia telah terhegemoni oleh Hassan dan secara tidak langsung Bawuk menjadi salah satu bagian dari PKI yaitu dengan melakukan hal-hal berkaitan dengan PKI, hal ini terjadi dibawah  alam  sadar Bawuk. Ketika ditanya oleh saudara-saudaranya, ia bingung dengan hubungan yang ia miliki dengan PKI. Karena sesuatu yang jelas bagi Bawuk yaitu hubungan Bawuk dengan Hassan, hanya itu yang ia tahu. Dapat dilihat pada kutipan berikut;
     “Tidak Yu Mi. Sungguh, secara jujur aku iri kepada kemampuanmu melihat segala persoalan. Begitu terang, begitu sederhana, dan begitu sistematis. Saya selalu kesulitan di dalam mencoba mengerti dengan sederhana dan jelas tentang  hubungan dengan PKI itu. Satu-satunya hal yang terang bagiku hanya hubunganku dengan Hassan.”
     “Bagaimana? Dia PKI kan?
     “Betul, Yu Mi. Tapi ya, hanya itulah yang menjelaskan kaitanku dengan PKI. Yang lain-lainnya, seperti kenapa aku mau terus lari bersama PKI, kadang-kadang jadi kurir mereka, mencatat beberapa hal untuk mereka, saya ... saya tidak begitu jelas. Sungguh itu sesuatu yang kompleks untuk bisa saya terangkan meskipun buat saya sendiri, Yu Mi” (Kayam, 2003: 131-132).

Bukan hanya menghegemoni istrinya saja, tetapi Hassan juga menghegemoni masyarakat. Ia menghegemoni kelompok-kelompok yang ada di masyarakat dengan kepemimpinan intelektual untuk bergabung dengan PKI. Dapat dilihat pada kutipan berikut;
“...Mereka mendengar tentang Aidit yang berada di sekitar Solo, dan mereka mendengar tentang sikap Sukarno terhadap Gestapu yang disebutnya Gestok. Laporan-laporan itu dengan hangat dinilai dan dibicarakan bersama-sama. Rakyat di kecamatan T mesti disiapkan untuk segala kemungkinan. Diperhitungkan, tentara, lambat atau cepat, pasti akan menggempur T. Mereka memutuskan rakyat perlu dipertebal semangatnya dan dibawa ke arah kondisi mental untuk bertempur. Itu berarti bahwa mereka harus dibawa ke arah suasana fanatisme yang tidak kenal ragu-ragu lagi...” (Kayam, 2013:118).

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa Hassan dan anggota PKI yang lain mengadakan diskusi untuk menumbuhkan suasana fanatisme (keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya) pada rakyat di kecamatan T, untuk membantu dalam melawan tentara. 
Setelah mendengar informasi mengenai tentara yang mulai melakukan penumpasan di S dan sekitarnya. Hassan dan anggota PKI yang lainnya mulai mempersiapkan untuk menghadapi situasi dan meningkatkan perondaan di kecamatan T. Dapat dilihat pada kutipan berikut;
“...Orang laki-laki dikumpulkan serta ditempatkan dalam tempat-tempat strategis. Latihan-latihan kemiliteran terus ditingkatkan. Mental mereka terus-menerus digembleng dengan keyakinan bahwa semangat mereka lebih kuat daripada serdadu-serdadu sewaan...” (Kayam, 2003:120).
Selain itu pemuda yang ada di kecamatan T ditekankan arti situasi revolusioner (cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar), yaitu suatu situasi di mana pengertian teori tentang perjuangan bersenjata kaum tani akan segera dicoba. Upaya yang dilakukan Hassan dan anggota PKI terhadap pemuda yang ada di kecamatan T, kepada para petani yang bukan kader didengungkan bahwa perjuangan hidup dan mati, perjuangan tentang hak tanah, tentang hari depan tanah-tanah pertanian mereka, tentang hasil produksi pertanian mereka yang sekarang mau dirampas oleh kekuatan-kekuatan reaksioner yang meminjam bedil-bedil tentara sewaan, sehingga menimbulkan reaksi pada rakyat yang telah terhegemoni dapat dilihat pada kutipan berikut;
“...Petani-petani yang sudah dilatih Hassan melawan dengan cung, dengan molotov cocktail, dengan bambu runcing, dengan segala senjata. Petani-petani itu melawan menurut petunjuk pemimpin-pemimpin mereka. Mereka melawan dengan semangat dan pengertian bahwa yang menjadi lawan mereka adalah kaum reaksi yang akan menghancurkan mereka, yang akan merampas tanah-tanah mereka. Hasilnya sangat mengerikan. Petani-petani yang belum begitu lama mendapat latihan kemiliteran itu melawan dengan membabi-buta...” (Kayam, 2003:122).

Selain itu pemerintahpun melakukan hegemoni terhadap Partai Komunis berupa hegemoni dominasi yang kemudian melakukan penindasan terhadap orang-orang yang menjadi anggota PKI dan yang terlibat. Khususnya para petani dan pemuda di kecamatan T yang telah terhegemoni oleh  Hassan dan anggota PKI lainnya. Dapat dilihat pada kutipan berikut;
“...Dan para petani yang tidak mau menyerah, dihantam tanpa ampun lagi. Mayat mereka bergelimpangan di pematang sawah, di pinggir kali, dan di lorong-lorong pedukuhan. Seperempat dari penduduk telah mati, hampir separo dari penduduk laki-laki telah menjadi tawanan tentara. Mereka yang menjadi tawanan, sudah selesai mengumpulkan mayat-mayat kawan mereka dan menguburkannya, digiring dan dikumpulkan di halaman kecamatan” (Kayam, 2003:122).
Dari kutipan diatas, pemerintah menugaskan tentara untuk menindas para pemuda dan petani di kecamatan T. Menyebabkan seperempat dari penduduk meninggal dan penduduk laki-laki yang menjadi tawanan mengumpulkan mayat-mayat, kemudian di kuburkan.
Bab III
Simpulan

Menurut Gramsci, suatu kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok antagonistik yang cenderung dihancurkan. Kelompok tersebut menjadi dominan apabila menjalankan kekuasaan dan sudah memegang dominasi (dalam Faruk, 2013:141). Dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada kelompok yang mendominasi diantara yang lainnya, adanya perlawanan dari pihak-pihak yang merasa di rugikan dan dominan di masyarakat, menghimpun masyarakat untuk melakukan perlawanan seperti dalam sebuah partai politik.
Dalam cerpen “Bawuk” karya Umar Kayam terdapat hegemoni yang dilakukan oleh Hassan terhadap Bawuk. Dengan cara memberi tahu perkembangan PKI pada Bawuk,  mengajaknya berdiskusi, serta membantu mengerjakan tugas terkait dengan kegiatan PKI.
Selain itu Hassan juga menghegemoni masyarakat. Ia menghegemoni kelompok-kelompok yang ada di masyarakat dengan kepemimpinan intelektual untuk bergabung dan membantu dalam melawan tentara.
Serta pemerintahpun melakukan hegemoni terhadap Partai Komunis berupa hegemoni dominasi yang kemudian melakukan penindasan terhadap orang-orang yang menjadi anggota PKI dan  yang terlibat. Khususnya para petani dan pemuda di kecamatan T yang telah terhegemoni oleh  Hassan dan anggota PKI yang lain.
Dari cerpen ini kita mendapat membayangkan bagaimana keadaan pada zaman tersebut, sejarah dan politik, orang-orang yang menghegemoni dan terhegemoni.
 


Daftar Pustaka

Faruk. 2013. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Dwi. 2016. Pengantar Kajian Sastra. Jakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Kayam, Umar. 2003. Seribu Kunang-kunang di Manhattan: Kumpulan Cerpen Umar Kayam. Jakarta: Pustaka Utama Grafitri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar