A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
dunia kesusastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre
sastra di samping genre-genre yang lain. Untuk mempertegas keberadaanya, suatu
prosa di bandingkan dengan genre lainnya.
Prosa
dalam pengertian sastra juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative
text), atau wacana naratif (narrative discource). Fiksi adalah teks naratif
yang isinya tidak menunjuk pada keberadaan sejarah, tetapi pada sesuatu yang
bersifat imajinatif, rekaan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh
sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata, dan menekankan
tujuan keindahan (Nurgiyantoro, 2015:479).
Ketertarikan
memilih membandingkan cerpen dengan cerpen, tepatnya cerpen Sepasang Serasah Cokelat karya Reni FZ dan
cerpen Tanda karya Dewi Kharisma
Michellia yaitu karena menarik untuk dibandingkan, baik itu persamaan maupun perbedaan
didalam kedua cerpen tersebut menggunakan unsur-unsur cerpen berupa tema,
setting, alur, sudut pandang, dan perwatakan. Dalam kedua cerpen tersebut
membahas tentang kehilangan seseorang yang dicintai, yang telah diperkosa dan
di bunuh oleh laki-laki lain.
B.
TEORI
1.
Sastra
Bandingan
Sastra bandingan
awalnya datang dari studi bandingan pengetahuan, yang kemudian lahirnya studi
bandingan agama, lalu muncullah sastra bandingan. Jadi sastra bandingan relatif
masih muda, sebelum abad kesembilan belas.
Sastra bandingan
pertama kali muncul di Eropa ketika batas berbagai negra di Eropa mengalami
perubahan, dan karena itu menimbulkan pemikiran mengenai kebudayaan nasional
dan sastra nasional. Masalah kebudayaan nasional menyangkut jati diri bangsa
dan sastra nasional muncul di negara yang pernah dijajah. Dimana memahami diri
sendiri seseorang perlu melihat sastra lain dan kemudian membandingkan
sastranya dengan sastra lain. Oleh karena itu lahirnya sastra bandingan yang
membandingkan karya bekas jajahan (dijajah) dengan bekas penjajah (menjajah), serta
negara yang pernah dijajah (Rokhmansyah, 2014:7).
Istilah
sastra bandingan dalam praktiknya menyangkut bidang studi dan masalah lain.
Pertama, istilah ini dipakai untuk studi sastra lisan, terutama cerita-cerita
rakyat dan migrasinya...Kedua, istilah sastra bandingan mencakup studi hubungan
antara dua kesusastraan atau lebih...Ketiga, istilah sastra bandingan disamakan
dengan studi sastra menyeluruh. Jadi, sama dengan”sastra dunia”, “sastra umum”,
atau “sastra universal”... (Wellek dan Warren, 1968:44-47)
Sastra Bandingan
adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri.
Boleh dikatakan teori apa pun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra
bandingan, sesuai dengan obyek dan tujuan penelitiannya (Damono, 2015a:1). Menurut
Remak (dalam Damono, 2015b:1) sastra bandingan adalah :
Kajian sastra di luar
batas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang
ilmu serta kepercayan yang lain seperti seni (misalnya, seni lukis, seni ukir,
seni bina, dan seni musik), falsafah, sejarah, dan sains sosial (misalnya, politik
ekonomi, sosiologi), sains, agama, dan lain-lain.
Ringkasnya sastra bandingan membandingkan sastra sebuah negara lain dan
membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan.
Dari pengertian
sastra bandingan menurut Remak tersebut, kajian tersebut membandingkan sastra
suatu negara dengan sastra negara lain dan membandingkan sastra dengan bidang
ilmu yang lain sebagai keseluruhan ungkapan dalam
kehidupan. Sedangkan menurut Damono (dalam Rokhmansyah, 2014:169), kajian
sastra bandingan lebih ditujukan pada studi sastra yang melampaui batas-batas
kebudayaan.
Yang menjadi hal
terpenting adalah sebuah karya sastra yang dikaji masih menggunakan bahasa
aslinya sebab kekhasan karya itu terdapat pada bahasanya. Studi sastra yang
dilakukan dalam sastra bandingan pada umumnya berawal dari adanya
kemiripan-kemiripan yang terdapat dalam sebuah karya sastra yang berasal dari
kebudayaan.
Damono (dalam
Rokhmansyah, 2014: 172-173) menjelaskan bahwa kemiripan yang terdapat dalam
sebuah karya sastra yang dihasilkan di
tempat dan waktu yang berlainan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1)
Faktor
geografis, Situasi geografis yang mirip cenderung
menghasilkan bentuk dan tema karya sastra yang mirip pula sebab faktor
geografis adalah komponen paling penting dalam pembentukan kebudayaan.
2)
Faktor
perkembangan masyarakat dan peristiwa besar, Setelah perang
terjadi, karya sastra cenderung mengungkapkan situasi saat itu baik berupa
kesengsaraan yaitu protes serta pujian terhadap seseorang yang dianggap sebagai
pahlawan.
3)
Faktor
kesamaan otak manusia dalam merespon pengalaman yang jenisnya sama, Pengalaman
dasar manusia berupa kesedihan, kebahagiaan, cinta, kerinduan, dan kesepian
bisa ditanggapi dengan cara yang sama oleh orang yang membuat karya sastra
walaupun mereka hidup di tempat yang berbeda dan waktu yang jaraknya jauh.
1.
Intertekstual
Intertekstualitas
sebuah istilah dalam penelitian sastra dewasa ini. Maksudnya, sebuah teks
hendaknya ditempatkan di tengah-tengah teks-teks lain... Menurut filsuf asal
Rusia yang bernama M. Bakhtin (dalam Hartoko dan Rahmanto, 1986:67), sebuah
teks dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada kerangka teks-teks
lain (tradisi jenis sastra, parodi, acuan atau kutipan). Menurut Kristeva
(dalam Rokhmansyah, 2014:119), tiap teks merupakan sebuah mozaik
kutipan-kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks
lain. Oleh karena itu, suatu teks baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan
teks-teks lain.
Menurut
Riffaterre (dalam Rokhmansyah, 2014:121-122), teks tertentu yang menjadi latar
penciptaan teks baru itu disebut dengan hipogram... hubungan antara teks yang
terdahulu dengan teks yang kemudian itu disebut hubungan intertekstual.
Intertekstual adalah fenomena resepsi pengarang terhadap teks-teks yang pernah
dibacanya dan dilibatkan dalam ciptaannya.
Riffaterre
membedakan hipogram menjadi dua macam, yakni hipogram potensial dan hipogram
aktual. Hipogram potensial merupakan potensi sistem tanda pada sebuah teks
sehingga makna teks dapat dipahami pada karya itu sendiri, tanpa mengacu pada
teks yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan hipogram aktual adalah teks nyata,
yang dapat berupa kata, frase, kalimat, pribahasa, atau seluruh teks, yang
menjadi latar penceritaan teks baru sehingga signifikasi teks harus ditemukan
dengan mengacu pada teks lain atau teks yang sudah ada sebelumnya.
Prinsip intertekstual
yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna teks yang bersangkutan.
Teks itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari
teks(-teks) yang lain. Masalah intertekstual lebih dari sekadar pengaruh,
ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna sebuah karya
secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi hipogramnya,
baik berupa teks fiksi maupun puisi (Nurgiyantoro, 2015:81).
C. OBJEK
a.
Sinopsis
cerpen Sepasang Serasah Cokelat karya Reni FZ
Cerpen
ini bercerita tentang seorang laki-laki yang tidak percaya dengan yang namanya
reinkarnasi, yaitu penjelmaan kembali ke dalam tubuh lain setelah mati;
kelahiran kembali. Awalnya dua laki-laki yang bernama Gesang dan Rik yang merupakan
seorang saintis, keterlibatan kedua orang ini dalam suatu proyek pemerintah
pada saat itu adalah karena meninggalnya seorang wanita dengan mengenaskan.
Ling, wanita yang dicintai oleh Gesang 71 tahun yang lalu. Lima bulan setelah
kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 menyebabkan Gesang kehilangan Ling.
Proyek yang di gagas oleh pemerintah untuk menciptakan manusia yang patuh dan
teratur, kadar hormon setiap orang diatur lewat suntikan yang diberikan setiap
pagi dipasang di tiap ruang makan, sehingga apa yang pernah ada seperti
kebebasan jatuh cinta, kadar kebahagiaan dan sedih pun terkendali.
Dua
hari setelah kerusuhan mereda, Ling meminta kepada Gesang untuk mengantarnya ke
Tangerang. Awalnya Gesang ingin menolak, namun akhirnya ia bersedia mengantar
Ling karena ia tidak ingin kejadian tiga hari lalu terulang kembali. Saat tiba
di rumah sakit, salah satu dokter mengatakan bahwa seorang ibu meninggal dan
kedua anaknya sedang berjuang melawan maut. Setelah dokter pergi dari ruangan,
Ling meminta Gesang untuk menemaninya. Hening, tak ada percakapam antara
keduanya. Akhirnya Ling memutuskan untuk memulai membuka percakapan mengenai
apa yang telah dialaminya tiga hari yang lalu, ia merasa jijik pada dirinya
sendiri. Namun Gesang masih mau menerima keadaan Ling saat itu.
Suatu
hari lebih tepatnya malam terakhir keduanya berbincang, Gesang akan mengantar
Ling ke bandara. Keesokan harinya ketika Gesang ingin mengantarkan Ling ke
bandara, ia menemukan Ling dengan lima luka tikaman di tangan, dua di dada, tiga
di perut dan satu di leher. Begitulah akhir kisah cinta keduanya. Semakin keras
usaha Gesang untuk melupakannya, maka semakin sering pula ia memimpikannya.
Gesang
tercengang ketika ia pergi ke salah satu wihara yang ada di Thailand, tepatnya di Wat Nong Pah Pong, salah satu biksu wanita
menyapanya menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih “Sudah lama saya menunggu
kedatanganmu, Ge”. Dan hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan “Ge”
yang diakhir pengucapan samar-samar terdengar huruf /k/. “Ling?”
Ling
mengangguk “katakan semua yang ingin kamu sampaikan, Ge. Saya akan
mendengarkannya”. Ling melanjutkan perkataannya “semua luka yang kamu
khawatirkan itu sudah tak ada dalam diri saya yang sekarang. Rantainya sudah
terputus tepat saat kehidupan saya yang sebelumnya berakhir. Saya sudah
menemukan kedamaian yang saya cari. Sekarang giliran kamu”. Ia semakin
tercengang setelah mendengar perkataan Ling dan kalimat panjang yang ingin ia
katakan kepada Ling, hilang semua, ia tidak ingat sama sekali apa yang ingin ia
katakan.
b.
Sinopsis
cerpen Tanda karya Dewi Kharisma Michellia
Dini
hari dua orang tersebut masih terjaga, duduk berhadapan. Seorang gadis yang
sedang sibuk dengan laptop dan si pria sedang sibuk dengan buku bacaannya.
Pertemuan keduanya hanya sebentar saja dan keduanya menghabiskan waktu dengan
kesibukan masing-masing dan diselingi dengan percakapan yang membahas tentang
pertemuan dan menghilangnya si gadis dengan tiba-tiba, perlahan-lahan berubah
menjadi asap.
Setelah pertemuan pasti
terdapat sebuah surat untuk si pria, si gadis yang tidak bisa menceritakan
tentang apa yang terjadi, ia berjanji akan datang sebisanya dan ia meminta pada
si pria membuka hati untuk wanita lain. Si gadis sering menceritakan banyak
hal, namun ia tidak pernah menceritakan di mana jenazahnya di semayamkan.
Mereka dulunya bertetangga, saling mengenal sejak berumur lima tahun. Awalnya
mereka tidak mencintai satu sama
lain, hingga akhirnya keduanya kehilangan kontak dan orang tua gadis itu pun
tidak tau kemana perginya.
Saat
si pria berada di Jepang, tak disangka ia bertemu dengan si gadis secara
kebetulan. Pertemuan yang singkat dan menghilang perlahan-lahan membuat si pria
sadar bahwa mereka berbeda dunia. Setelah pertemuan itu, si gadis tidak pernah
muncul lagi, setelah berbulan-bulan secara tiba-tiba si gadis muncul lagi dan
si pria menganggap pertemuan mereka yang pertama adalah mimpi. Seperti biasa,
si gadis muncul secara tiba-tiba dan akhirnya menghilang dengan perlahan
seperti asap.
Jam
di hotel berdentang untuk kesekian kalinya yang merupakan tanda agar ia segera
melapor-keluar dari hotel itu. Sebelum ia keluar, ia menyempatkan membaca
naskah novel yang dibuat oleh si gadis. Setelah membayar sejumlah uang tambahan
akibat keterlambatannya melapor, seorang petugas hotel menyerahkan seekor
kucing yang katanya dari seorang gadis yang mengaku sebagai adiknya dan ada
sepucuk surat yang di titipkan untuknya. Kucing tersebut diberi nama Tanda,
kucing tersebut bukan diberikan untuk dipelihara melainkan sebagai pertanda
bahwa si gadis akan menghilang untuk selama-lamanya. Setelah dari kampusnya di
Universitas Kyoto untuk mengambil dokumen serta si pria meminta izin kepada pemilik
apartemen untuk memelihara Tanda di dalam apartemennya. Terdengar suara ketukan
di pintu, Tanda berlari menuju pintu dan akhirnya si pria meninggalkan
kegiatannya saat itu untuk menemui orang di balik pintu. Ternyata yang datang
adalah si gadis, ia menyerahkan tas belanja yang di jinjing olehnya kepada si
pria. Awalnya mereka hanya membahas film dan kemudian si pria menanyakan
tentang kematiannya. Si pria begitu penasaran, namun si gadis tidak ingin
membahas itu, ia tidak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Si gadis
menangis di dalam pelukan si pria,
hingga akhirnya si gadis menghilang lagi.
Malam
itu si pria tidur satu ranjang dengan Tanda. Ia bermimpi mengikuti seorang
gadis dari bandara menuju sebuah rumah, gadis itu berbicara dengan orang
tuanya. Lima tahun yang lalu orang tuanya meninggal dan si gadis menghilang
entah kemana. Mimpi si pria berpindah ke tempat yang berbeda. Di dalam mimpinya
si gadis bersama dengan seorang lelaki dan si gadis menyenderkan kepalanya pada
lelaki itu. Kemudian mimpi si pria berpindah ke tempat yang lain lagi, yaitu di
sebuah kapal pesiar. Si gadis dan si lelaki itu bertengkar di suatu
kamar,keduanya terus beradu mulut dan saling melempar barang yang ada di dalam
kamar itu. Hingga akhirnya si lelaki itu membekap wajah gadis itu menggunakan
bantal hingga tak bernyawa, kemudian diikatnya tangan dan kaki si gadis, lalu
diperkosanya. Kemudian si lelaki itu memasukan benda-benda yang berat kedalam
tas dan diikatnya pada tubuh si gadis. Malam hari, si lelaki memberikan
sejumlah uang kepada orang untuk mengangkat tubuh si gadis keluar dari kamar.
Saat si pria mengejar, namun ia kembali bermimpi yang lain dan saat si pria
terbangun dari mimpi buruknya, keringat membasahi tubuhnya dan ia
bertanya-tanya dalam hati apakah yang dialaminya itu nyata.
Kemudian
terdengar suara ketukan di pintu, si pria berlari menuju pintu dan berharap si
gadis yang datang. Namun yang datang bukanlah si gadis melainkan seorang
perempuan yang tidak dikenalnya. Lalu si perempuan itu memanggil sebuah nama
dan kucing “Tanda” mendatanginya. Si pria tidak percaya, ia terus menyangkal
bahwa kucing itu diberikan oleh petugas hotel dan segera merebut kucing itu
dari si perempuan. Sedangkan si perempuan menyatakan bahwa kucing itu yang
bernama Aizu adalah miliknya dan ia berterima kasih kepada si pria karena telah
menemukan Aizu. Lalu si perempuan mengundang si pria untuk sarapan di
apertemennya pagi itu.
Awalnya si pria ingin
menolak, namun ia tidak tau bagaiman cara menolaknya dan akhirnya ia memutuskan
untuk memenuhi undangan sarapan itu, sebelumnya ia mengunci pintu dan di
sepanjang koridor apartemen, si pria dan si perempuan mulai berkenalan.
Sedangkan televisi di dalam apatene si lelaki yang masih menyala tersebut
menampilkan berita tentang penemuan tulang tengkorak seorang gadis di dalam sleeping bag yang terikat batu.
D. ANALISIS
Biografi
Reni
FZ
atau Reni Fatimatuz Zahro, penulis
yang tidak memberikan alamat lengkap di buku kumpulan cerpen pilihan kampus
fiksi emas 2017; Hari Anjing-Anjing menghilang, sulit sekali mencari biografinya.
Yang tertera di buku kumpulan cerpen pilihan kampus fiksi emas 2017 yaitu
makhluk impulsif yang menyukai Liverpool, petualangan, dan segala hal berbau
astronomi. Racauannya bisa dibaca di renireswara.blogspot.com dan akan senang
kalau disapa di Twitter.
Dewi
Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991.
Pernah menjadi reporter dan redaktur berita di pers mahasiswa BPPM Balairung
(2010-2013), editor in-house untuk
lembaga riset dan penerbitan PolGov (2013-2015). Elegi merupakan kumpulan cerpen pertamanya (Grasindo,2017) dan
sebelumnya ia menulis novel Surat Panjang
Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya (Gramedia Pustaka Utama,2013),
dan A Copy of My Mind (Grasindo,2016).
Secara umum,
alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur
biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja.
Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yag fisik saja seperti ujaran dan
tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan
pandangannya, maupun keputusan-keputusannya.
Alur
Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat yaitu flashback karena yang pertama
menceritakan meninggalnya tokoh Ling, dilanjutkan peristiwa sorot balik berupa
kehidupan Gesang setelah meninggalnya Ling, dilanjutkan kembali lagi
menceritakan tentang kematian Ling, dan terakhir penyelesaian berupa pertemuan
antara Gesang dan Ling. Sedangkan cerpen Tanda alurnya maju karena terdapat
flashback sebentar atau kilatan.
Di dalam sebuah
cerita, sering digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan
perwatakan, karakter dan karakterisasi secara pengertian yang hampir sama.
Abrams, Baldic ( dalam Nurgiyantoro,2013:247) tokoh adalah orang yang menjadi
pelaku dalam cerita fiksi atau drama, sedang penokohan adalah penghadiran tokoh
dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan
mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan
tindakannya
Terma ‘karakter’
biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter menunjuk pada
individu-individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada orang yang
bertanya;”berapa karakter yang ada dalam
cerita itu?. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai
kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu
tersebut seperti yang tampak implisit pada pertanyaan; “menurutmu, bagaimanakah karakter dalam cerita itu?”
Tokoh
utama dalam cerpen sepasang serasah cokelat yaitu tokoh Gesang dan Ling. Teknik
penggambaran tokoh yang digunakan dalam cerpen ini teknik Dramatik yaitu teknik
cakapan. Dapat dilihat pada kutipan berikut:
“kau yakin?” kali ini Rik bertanya dengan hati-hati.
Dia satu-satunya orang yang tahu seberapa kacaunya aku kalau sampai
perhitunganku meleset.
“tidak untuk kali ini. Hitungannya pas. Aku bahkan
memeriksanya berkali-kali. Tahun ini adalah saat yang tepat.”
“kalau meleset?”
Aku menatap Rik dengan keseriusan yang tak
terbantahkan. “kuharap kau masih menyimpan kretek,” kataku ringan tapi serius.
Pada
kutipan dialog diatas menggambarkan sifat kedirian, karakter, tokoh pelakunya
kepada pembaca. Dimana tokoh Gesang tetap pada keyakinannya bahwa Ling akan di
reinkarnasi pada tahun tersebut. Di dalam cerpen Tanda, tokoh pria tetap pada
keyakinannya. Dapat dilihat pada kutipa berikut:
Terpengaruh dialog film yang ia setel,ia teringat
orang tuanya tak pernah mengunjunginya ke Jepang. Ia pun barangkali hanya
menerimatelepon sekali dalam setahun.
“mungkin, suatu saat aku akan mati kesepian, seorang
diri, tak dikenali siapa-siapa,” bisiknya kepada diri sendiri, “jenazahku
mungkin tidak akan ditemukan siapa pun, seperti dia.”
Latar adalah lingkungan
yang melingkupi sebuah peristiwa dalam sebuah cerita, semesta yang ikut
berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Biasanya,
latar diketengahkan lewat baris-baris kalimat deskriptif. Latar tempat menunjuk
pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya. Latar waktu berhubungan dengan masalah
“kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya,
dapat berupa hari, bulan, dan tahun.
Latar
tempat pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat yaitu di Thailand, dapat dilihat
pada kutipan berikut “...sapaan ramah itu
dilontarkan dalam Bahasa Thai oleh seorang biksuni saat aku menjejakkan kaki di
Wat Nong Pah Pong, salah satu wihara di Thailand...” dan Latar waktu :
malam hari, dapat dilihat pada kutipan berikut “Ge, bisa antar saya ke Tangerang? Penting,” kata ling di telepon,
sekitar dua jam yang lalu... ingin rasanya aku menawarkan untuk menundanya
besok pagi saja...”
Sedangkan
latar tempat cerpen Tanda yaitu di
Jepang, dapat di lihat pada kutipan berikut
“setelah perjalanan empat puluh
menit dalam kereta, dan mengambil sejumlah dokumen ke kampusnya di Universitas
Kyoto...” dan Latar waktu yaitu pagi hari, dapat dilihat pada kutipan
berikut “saat terbangun, si pria merasa
matanya sembab lantaran menangis semalaman...”
Kesamaan
latar tempat pada cerpen sepasang serasah
cokelat dan cerpen tanda yaitu
awalnya sama-sama berlatar tempat di Indonesia. Latar tempat pada cerpen sepasang serasah cokelat dapat dilihat
pada kutipan berikut “...kuawasi setiap
serpih abu yang dibawa angin sore di salah satu sudut Borobudur...” dan
latar tempat pada cerpen tanda dapat dilihat pada kutipan berikut “mereka dulu bertetangga. Mereka saling
mengenal sejak usia lima tahun. Hingga si gadis menghilang begitu saja dari
hidup si pria... berada jauh dari Indonesia, si pria tak menyangka akan
menemukan si gadis di sebuah taman di Osaka Jepang...”
Tema
merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia;
sesuatu yang menjadikan sesuatu pengalaman begitu diingat. Tema membuat cerita
lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir
cerita akan menjadi pas, sesuai dan memuaskan berkat keberadaan tema. Tema
merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita.
Kehilangan
orang yang dicintai dikala maut merebutnya dari kita adalah saat-saat yang
sangat menyedihkan. Disaat itu pula banyak yang berkata “tabahkan hatimu, ya. Kita semua akan mati, kita hanya menunggu
giliran” dan sambil mengelus pundak. Bagi si pengucap, hanya kalimat itu
yang bisa diucapkannya, sedangkan bagi pendengar kalimat tersebut tak bermakna
apapun,yang dirasa hanyalah luka, terpuruk, dan kacau. Setelah kepergian orang
tercinta, terjadi perubahan di kehidupan.
Dalam
cerpen Sepasang Serasah Cokelat dan cerpen Tanda tentang kematian, apakah kematian merupakan
akhir dari segalanya? Ternyata tidak, setelah kematian maka akan hadir
cerita-cerita uang baru. Sama halnya dengan yang diajarkan dalam agama islam,
setelah kehidupan di dunia masih ada kehidupan selanjutnya yakni alam Barzakh
(kubur), kehancuran alam semesta, hari kebangkitan, berkumpulnya manusia di
Padang Mahsyar, syafaat yaitu pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada
Allah, Hisab yaitu hari perhitungan amal manusia, penyerahan catatan amal, Mizan yaitu dimana amal manusia ditimbang,
kemudian sirat yaitu jembatan menuju surga dan neraka. Banyak opini
dimasyarakat tentang ruh orang yang meninggal akan bergentayangan dirumah
selama 40 hari bahkan bertahun-tahun, berinteraksi dengan manusia.
Namun doktrin
reinkarnasi dalam agama Buddha bertolak belakang dengan ajaran agama islam. Apa
itu kematian? Menurut YM. Nyanatiloka, kematian biasanya disebut lenyapnya
indera vital terbatas pada satu kehidupan tunggal dan bersamaan dengan
fisik-kesadaran proses kehidupan yang umumnya disebut “manusia, binatang,
kepribadian, ego, dan seterusnya” dengan
kata lain sesungguhnya kematian adalah peleburan dan pelenyapan dari setiap
kombinasi mental fisik sesaat yang terjadi berulang kali karenanya terjadi pada
setiap saat (Walshe,2010:30).
Apa
itu reinkarnasi? Reinkarnasi merupakan istilah yang digunakan oleh mereka yang
percaya bahwa suatu entitas nyata (sebuah”jiwa”) ada dan berpindah dari satu
kehidupan ke kehidupan selanjutnya, menempati tubuh yang
berganti-ganti...kelahiran lagi menunjukan pandangan ajaran Buddha bahwa meski
ini yang kelihatannya terjadi, proses yang sebenarnya adalah sepenuhnya
impersonal (Walshe, 2010:33).
Kepercayaan
di dalam agama Buddha, kelahiran kembali tidak selalu dalam bentuk manusia,
tetapi dapat dalam bentuk makhluk yang lain seperti makhluk gaib. Di dalam
cerpen Sepasang Serasah Cokelat dan
cerpen Tanda, keduanya memiliki
persamaan dalam kepercayaan yaitu roh manusia yang sudah meninggal masih bisa
kembali ke dunia manusia yang masih hidup.
Dalam
cerpen Sepasang Serasah Cokelat dan
cerpen Tanda, keduanya memiliki
persamaan tema yaitu berupa seorang pria yang kehilangan seseorang yang ia
cintai yang pernah di perkosa dan di bunuh oleh lelaki yang lain. Si pria
berharap untuk bisa bertemu dengan kekasihnya.
Sudut
pandang pada cerpen Sepasang Serasah
Cokelat yaitu sudut pandang persona pertama “aku” tokoh utama karena
mengisahkan berbagai peristiwa yang dialaminya, peristiwa tindakan, dan orang
lain diceritakan ketika berhubungan dengan dirinya atau dipandang penting.
Sedangkan pada cerpen Tanda
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tau karena narator mengetahui
segalanya baik berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh dalam
cerita.
Perbedaan
yang terdapat dalam cerpen sepasang
serasah cokelat dan cerpen tanda sebagai
berikut:
Pada
cerpen Sepasang Serasah Cokelat tokoh wanita di perkosa saat ia masih hidup
tepatnya pada saat kerusuhan di tahun 1998, sedangkan pada cerpen Tanda tokoh
si gadis di perkosa saat ia sudah meninggal.
Pada
cerpen Sepasang Serasah Cokelat tokoh wanita di bunuh pada 9 oktober 1998 saat
sebelum ia berangkat ke bandara untuk memberikan kesaksian pada Kongres Amerika
Serikat, terdapat sebelas luka tikaman di tubuhnya dan pembunuhan Ling
merupakan ancaman terhadap penyingkapan tragedi kerusuhan 1998. Sedangkan pada
cerpen Tanda tokoh si gadis di bunuh ketika ia bertengkar bersama lelaki di
dalam sebuah kamar di kapal pesiar, wajah gadis itu di bekap menggunakan bantal
hingga tak bernyawa, kemudian tangan dan kaki si gadis itu diikat, lalu
diperkosa. Kemudian si lelaki itu memasukan benda-benda yang berat kedalam tas (sleeping bag) dan diikatnya pada tubuh
si gadis
Pada
cerpen Sepasang Serasah Cokelat tokoh wanita setelah meninggal tidak hadir
sebagai arwah, melainkan hadir dengan tubuh yang lain atau kelahiran kembali.
Sedangkan pada cerpen Tanda si gadis hadir sebagai arwah.
Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat saat
si pria ingin melupakan tentang si wanita, malah semakin sering ia memimpikan
kekasihnya. Sedangkan pada cerpen Tanda saat si pria ingin melupakan tentang si
gadis, malahan si gadis terus-terusan hadir di kehidupannya.
Pada
cerpen Sepasang Serasah Cokelat keyakinan akan adanya reinkarnasi membuat
keduanya bertemu kembali, sedangkan pada cerpen Tanda melalui seekor kucing
yang di berikan arwah si gadis tersebut untuk mempertemukan si pria dengan
wanita yang kelak akan ia cintai
KESIMPULAN
Berdasarkan
pada hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa cerpen sepasang serasah cokelat karya Reni FZ
dan cepen tanda karya Dewi Kharisma
Michellia terdapat kesamaan di antara keduanya.
Analisis menggunakan dua
teori yaitu sastra bandingan dan intertekstual dapat menjelaskan bahwa
kemiripan yang terdapat dalam sebuah karya sastra yang dihasilkan di tempat dan waktu yang
berlainan. Baik itu dari latar tempat awal pertemuan keduanya yaitu di
Indonesia, serta berupa kesamaan keyakinan, bahkan kesamaan tema berupa seorang
pria yang kehilangan kekasihnya, dan teknik penggambaran tokoh yang digunakan
dalam kedua cerpen ini teknik Dramatik yaitu teknik cakapan. Selain itu
terdapat pula perbedaan dalam dua cerpen tersebut baik berupa sudut pandang,
bahkan perbedaan dari unsur-unsur lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Affiq,
Umar, dkk. 2017. Hari Anjing-Anjing
Menghilang. Yogyakarta: Diva Press.
Damono, Djoko,
Sapardi. 2015. Sastra Bandingan. Editumss
Hartoko,
Dick, dan Rahmanto, B. 1986. Pemandu di
Dunia SASTRA. Yogyakarta: KANISIUS.
Michellia,
Kharisma, Dewi. 2017. Elegi. Jakarta:
Grasindo.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra; perkenalan awal terhadap ilmu sastra.
Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Walshe, M. O’C. 2010. AJARAN BUDDHA DAN KEMATIAN. Terjemahan oleh Seng Hansun. Yogyakarta:
Vidyasena Production.
Wellek, Rene dan Austin
Warren. 2016. Teori kesusastraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.