Jumat, 17 Mei 2019

Tampilan yang Baru pada Taman Samarendah: Deskripsi


Taman Samarendah terletak di antara jalan Bhayangkara, Basuki Rahmat, Awang Long, dan Milono ini merupakan salah satu tempat yang terkenal di kota Samarinda. Setelah lampu hias dan patung kuda yang dikelilingi dengan air mancur diresmikan, setiap malam lampu hias dan air mancur tersebut selalu dihidupkan. Lampu hias itu berganti warna, dalam satu menit terdapat beberapa warna yaitu merah, hijau, biru, kuning, dan ungu.
Saat ini tampilan Taman Samarendah telah diperindah dengan tower lampu hias yang menjulang dan air mancur mengelilingi patung kuda. Biasanya sebelum azan magrib, tower  tersebut sudah dinyalakan oleh seseorang yang bertugas menyalakan dan mematikan lampu di taman. Setiap sore masyarakat datang ke Taman Samarendah, pada hari sabtu dan minggu  jumlah masyarakat yang datang ke taman meningkat.
Dulu sebelum tower dan air mancur yang mengelilingi patung kuda dibuat, di taman hanya terdapat tulisan Taman Samarendah yang menghadap jalan Awang Long dan Bhayangkara. Sebelum ada juru parkir di taman, masyarakat bebas parkir dan banyak orang yang kehilangan helm. Masyarakat jarang pergi ke taman karena tidak ada sesuatu yang menarik, bangku taman hanya sedikit,  pohon berukuran besar dan rindang untuk berteduh dari sinar matahari saat pagi maupun sore hari.
Sebelumnya di depan kantor Catatan Sipil Samarinda terdapat lapangan, yaitu lapangan Kini Balu, namun kini sudah tidak ada karena pembangunan taman Samarendah. Taman Samarendah yang kita lihat saat ini dibangun di atas lokasi SMP 1 Samarinda dan SMA 1 Samarinda serta sebelum taman dibangun, terdapat simpang 4 yaitu Jalan Bhayangkara, Basuki Rahmat, Awang Long dan Milono, namun saat ini simpang empat tersebut sudah tidak ada lagi. Saat kita ingin pergi ke jalan Basuki rahmat dari arah jalan Milono, maka kita harus mengelilingi Taman Samarendah terlebih dahulu karena apabila kita tidak mengelilingi Taman Samarenadah, kita melanggar peraturan lalu lintas di Samarinda.
Dari jalan Awang Long  yang pertama kita lihat saat siang hari yaitu tower berwarna putih bentuknya seperti spiral. Bagian bawah tower terdapat 6 patung kuda berwarna putih dan di bawahnya terdapat kolam, pada bagian tengahnya ada 82 air mancur. Serta di depan patung kuda terdapat tempat duduk terbuat dari beton, lalu rambu lalu lintas berupa persimpangan bundaran dan tulisan Taman Samarendah yang ditulis dengan huruf kapital berukuran besar berwarna merah, terdapat ukiran pada tembok taman bermotif batik Samarinda dan motif batik Kalimantan Timur yang didominasi dengan warna kuning, berkombinasi dengan warna putih dan merah.
Pada bagian bawah dari tower terdapat sebuah ruangan khusus untuk menyalakan dan mematikan lampu di taman. Pada bagian belakang tower terdapat sebuah pintu berwarna hijau dan terdapat tangga yang sengaja dibiarkan tergeletak di tanah. Kemudian terdapat tempat duduk dari beton dan berseberangan dengan tulisan Taman Samarendah yang menghadap ke jalan Bhayangkara.
Pada bagian sebelah kanan tulisan Taman Samarendah terdapat sebuah tangga dengan 6 buah anak tangga dan jalan khusus untuk kursi roda atau sepeda. Pada bagian sebelah kanan terdapat 16 tempat duduk dari pohon-pohon besar yang di potong menjadi beberapa bagian dan terdapat 7 tempat sampah di beberapa titik. Kemudian terdapat 7 tempat duduk terbuat dari beton dan bunga yang ditanam di tengah-tengah ban mobil.
Pada bagian sebelah kiri tulisan Taman Samarendah terdapat sebuah tangga dengan 6 anak tangga dan jalan khusus untuk kursi roda atau sepeda. Pada bagian sebelah kiri terdapat 9 tempat duduk dari pohon-pohon besar di potong menjadi beberapa bagian dan terdapat tumpukan pasir yang sengaja dibiarkan dekat tangga. Lalu terdapat lampu taman yang memiliki hiasan menyerupai daun dan bentuk bola lampu seperti permen lollipop yang berukuran besar.
Saat ini sudah ada juru parkir di taman dan jumlah kehilangan helm berkurang. Masyarakat melakukan berbagai kegiatan di taman seperti joging, tempat berkumpulnya komunitas seperti komunitas hewan dan sepatu roda anak-anak. Taman ini lumayan bagus untuk yang suka foto-foto, baik foto sendiri maupun bersama keluarga dan teman-teman. Pada malam hari kita dapat melihat keindahan lampu hias pada tower dan air mancur, tower tersebut seperti tower yang ada di Dubai.
Melihat minat masyarakat saat ini, apabila tempat duduk ditambah, disediakan keran air untuk mencuci tangan, serta pohon-pohon bertumbuh tinggi dan rindang maka Taman Samarendah akan terus dikunjungi masyarakat. Kemudian fasilitas seperti bangku taman ditambah,  lampu taman diperbanyak dan lebih terang, maka masyarakat akan terus menerus mengunjungi taman.  Kemudian apabila pemerintah menyediakan dana untuk perawatan pada taman yang dilakukan secara rutin dan masyarakat membantu dengan cara tidak membuang sampah sembarang di taman, serta tidak merusak fasilitas yang ada, maka fasilitas di taman akan ditambah.
Apabila masyarakat dan pemerintah tidak saling membantu, baik itu dalam perawatan pada taman maupun dalam menjaga kebersihan taman, Taman Samarendah akan jarang dikunjungi oleh masyarakat. Akhirnya masyarakat tidak ada yang berkunjung di Taman Samarendah, akibat dari tidak adanya kepedulian dari pemerintah maupun masyarakat.

Senin, 21 Januari 2019

Sastra Bandingan; Cerpen "Sepasang Serasah Cokelat" karya Reni FZ dan cerpen "Tanda" karya Dewi Kharisma Michellia


A.    LATAR BELAKANG

Dalam dunia kesusastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Untuk mempertegas keberadaanya, suatu prosa di bandingkan dengan genre lainnya.
Prosa dalam pengertian sastra juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana naratif (narrative discource). Fiksi adalah teks naratif yang isinya tidak menunjuk pada keberadaan sejarah, tetapi pada sesuatu yang bersifat imajinatif, rekaan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata, dan menekankan tujuan keindahan (Nurgiyantoro, 2015:479).
Ketertarikan memilih membandingkan cerpen dengan cerpen, tepatnya cerpen Sepasang Serasah Cokelat karya Reni FZ dan cerpen Tanda karya Dewi Kharisma Michellia yaitu karena menarik untuk dibandingkan, baik itu persamaan maupun perbedaan didalam kedua cerpen tersebut menggunakan unsur-unsur cerpen berupa tema, setting, alur, sudut pandang, dan perwatakan. Dalam kedua cerpen tersebut membahas tentang kehilangan seseorang yang dicintai, yang telah diperkosa dan di bunuh oleh laki-laki lain.

  
B.     TEORI

1.      Sastra Bandingan
Sastra bandingan awalnya datang dari studi bandingan pengetahuan, yang kemudian lahirnya studi bandingan agama, lalu muncullah sastra bandingan. Jadi sastra bandingan relatif masih muda, sebelum abad kesembilan belas.
Sastra bandingan pertama kali muncul di Eropa ketika batas berbagai negra di Eropa mengalami perubahan, dan karena itu menimbulkan pemikiran mengenai kebudayaan nasional dan sastra nasional. Masalah kebudayaan nasional menyangkut jati diri bangsa dan sastra nasional muncul di negara yang pernah dijajah. Dimana memahami diri sendiri seseorang perlu melihat sastra lain dan kemudian membandingkan sastranya dengan sastra lain. Oleh karena itu lahirnya sastra bandingan yang membandingkan karya bekas jajahan (dijajah) dengan bekas penjajah (menjajah), serta negara yang pernah dijajah (Rokhmansyah, 2014:7).
Istilah sastra bandingan dalam praktiknya menyangkut bidang studi dan masalah lain. Pertama, istilah ini dipakai untuk studi sastra lisan, terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya...Kedua, istilah sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih...Ketiga, istilah sastra bandingan disamakan dengan studi sastra menyeluruh. Jadi, sama dengan”sastra dunia”, “sastra umum”, atau “sastra universal”... (Wellek dan Warren, 1968:44-47)
Sastra Bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Boleh dikatakan teori apa pun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan obyek dan tujuan penelitiannya (Damono, 2015a:1). Menurut Remak (dalam Damono, 2015b:1) sastra bandingan adalah :
Kajian sastra di luar batas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayan yang lain seperti seni (misalnya, seni lukis, seni ukir, seni bina, dan seni musik), falsafah, sejarah, dan sains sosial (misalnya, politik ekonomi, sosiologi), sains, agama, dan lain-lain. Ringkasnya sastra bandingan membandingkan sastra sebuah negara lain dan membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan.

Dari pengertian sastra bandingan menurut Remak tersebut, kajian tersebut membandingkan sastra suatu negara dengan sastra negara lain dan membandingkan sastra dengan bidang ilmu yang lain sebagai keseluruhan ungkapan dalam kehidupan. Sedangkan menurut Damono (dalam Rokhmansyah, 2014:169), kajian sastra bandingan lebih ditujukan pada studi sastra yang melampaui batas-batas kebudayaan.
Yang menjadi hal terpenting adalah sebuah karya sastra yang dikaji masih menggunakan bahasa aslinya sebab kekhasan karya itu terdapat pada bahasanya. Studi sastra yang dilakukan dalam sastra bandingan pada umumnya berawal dari adanya kemiripan-kemiripan yang terdapat dalam sebuah karya sastra yang berasal dari kebudayaan.
Damono (dalam Rokhmansyah, 2014: 172-173) menjelaskan bahwa kemiripan yang terdapat dalam sebuah karya sastra  yang dihasilkan di tempat dan waktu yang berlainan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1)              Faktor geografis, Situasi geografis yang mirip cenderung menghasilkan bentuk dan tema karya sastra yang mirip pula sebab faktor geografis adalah komponen paling penting dalam pembentukan kebudayaan.
2)              Faktor perkembangan masyarakat dan peristiwa besar, Setelah perang terjadi, karya sastra cenderung mengungkapkan situasi saat itu baik berupa kesengsaraan yaitu protes serta pujian terhadap seseorang yang dianggap sebagai pahlawan.
3)    Faktor kesamaan otak manusia dalam merespon pengalaman yang jenisnya sama, Pengalaman dasar manusia berupa kesedihan, kebahagiaan, cinta, kerinduan, dan kesepian bisa ditanggapi dengan cara yang sama oleh orang yang membuat karya sastra walaupun mereka hidup di tempat yang berbeda dan waktu yang jaraknya jauh.

1.      Intertekstual
Intertekstualitas sebuah istilah dalam penelitian sastra dewasa ini. Maksudnya, sebuah teks hendaknya ditempatkan di tengah-tengah teks-teks lain... Menurut filsuf asal Rusia yang bernama M. Bakhtin (dalam Hartoko dan Rahmanto, 1986:67), sebuah teks dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada kerangka teks-teks lain (tradisi jenis sastra, parodi, acuan atau kutipan). Menurut Kristeva (dalam Rokhmansyah, 2014:119), tiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain. Oleh karena itu, suatu teks baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan teks-teks lain.
Menurut Riffaterre (dalam Rokhmansyah, 2014:121-122), teks tertentu yang menjadi latar penciptaan teks baru itu disebut dengan hipogram... hubungan antara teks yang terdahulu dengan teks yang kemudian itu disebut hubungan intertekstual. Intertekstual adalah fenomena resepsi pengarang terhadap teks-teks yang pernah dibacanya dan dilibatkan dalam ciptaannya.
Riffaterre membedakan hipogram menjadi dua macam, yakni hipogram potensial dan hipogram aktual. Hipogram potensial merupakan potensi sistem tanda pada sebuah teks sehingga makna teks dapat dipahami pada karya itu sendiri, tanpa mengacu pada teks yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan hipogram aktual adalah teks nyata, yang dapat berupa kata, frase, kalimat, pribahasa, atau seluruh teks, yang menjadi latar penceritaan teks baru sehingga signifikasi teks harus ditemukan dengan mengacu pada teks lain atau teks yang sudah ada sebelumnya.
Prinsip intertekstual yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna teks yang bersangkutan. Teks itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari teks(-teks) yang lain. Masalah intertekstual lebih dari sekadar pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi hipogramnya, baik berupa teks fiksi maupun puisi (Nurgiyantoro, 2015:81).


C. OBJEK
a.        Sinopsis cerpen Sepasang Serasah Cokelat karya Reni FZ
Cerpen ini bercerita tentang seorang laki-laki yang tidak percaya dengan yang namanya reinkarnasi, yaitu penjelmaan kembali ke dalam tubuh lain setelah mati; kelahiran kembali. Awalnya dua laki-laki yang bernama Gesang dan Rik yang merupakan seorang saintis, keterlibatan kedua orang ini dalam suatu proyek pemerintah pada saat itu adalah karena meninggalnya seorang wanita dengan mengenaskan. Ling, wanita yang dicintai oleh Gesang 71 tahun yang lalu. Lima bulan setelah kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 menyebabkan Gesang kehilangan Ling. Proyek yang di gagas oleh pemerintah untuk menciptakan manusia yang patuh dan teratur, kadar hormon setiap orang diatur lewat suntikan yang diberikan setiap pagi dipasang di tiap ruang makan, sehingga apa yang pernah ada seperti kebebasan jatuh cinta, kadar kebahagiaan dan sedih pun terkendali.
Dua hari setelah kerusuhan mereda, Ling meminta kepada Gesang untuk mengantarnya ke Tangerang. Awalnya Gesang ingin menolak, namun akhirnya ia bersedia mengantar Ling karena ia tidak ingin kejadian tiga hari lalu terulang kembali. Saat tiba di rumah sakit, salah satu dokter mengatakan bahwa seorang ibu meninggal dan kedua anaknya sedang berjuang melawan maut. Setelah dokter pergi dari ruangan, Ling meminta Gesang untuk menemaninya. Hening, tak ada percakapam antara keduanya. Akhirnya Ling memutuskan untuk memulai membuka percakapan mengenai apa yang telah dialaminya tiga hari yang lalu, ia merasa jijik pada dirinya sendiri. Namun Gesang masih mau menerima keadaan Ling saat itu.
Suatu hari lebih tepatnya malam terakhir keduanya berbincang, Gesang akan mengantar Ling ke bandara. Keesokan harinya ketika Gesang ingin mengantarkan Ling ke bandara, ia menemukan Ling dengan lima luka tikaman di tangan, dua di dada, tiga di perut dan satu di leher. Begitulah akhir kisah cinta keduanya. Semakin keras usaha Gesang untuk melupakannya, maka semakin sering pula ia memimpikannya.
Gesang tercengang ketika ia pergi ke salah satu wihara yang  ada di Thailand, tepatnya di  Wat Nong Pah Pong, salah satu biksu wanita menyapanya menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih “Sudah lama saya menunggu kedatanganmu, Ge”. Dan hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan “Ge” yang diakhir pengucapan samar-samar terdengar huruf /k/. “Ling?”
Ling mengangguk “katakan semua yang ingin kamu sampaikan, Ge. Saya akan mendengarkannya”. Ling melanjutkan perkataannya “semua luka yang kamu khawatirkan itu sudah tak ada dalam diri saya yang sekarang. Rantainya sudah terputus tepat saat kehidupan saya yang sebelumnya berakhir. Saya sudah menemukan kedamaian yang saya cari. Sekarang giliran kamu”. Ia semakin tercengang setelah mendengar perkataan Ling dan kalimat panjang yang ingin ia katakan kepada Ling, hilang semua, ia tidak ingat sama sekali apa yang ingin ia katakan.

b.        Sinopsis cerpen Tanda karya Dewi Kharisma Michellia
Dini hari dua orang tersebut masih terjaga, duduk berhadapan. Seorang gadis yang sedang sibuk dengan laptop dan si pria sedang sibuk dengan buku bacaannya. Pertemuan keduanya hanya sebentar saja dan keduanya menghabiskan waktu dengan kesibukan masing-masing dan diselingi dengan percakapan yang membahas tentang pertemuan dan menghilangnya si gadis dengan tiba-tiba, perlahan-lahan berubah menjadi asap.
Setelah pertemuan pasti terdapat sebuah surat untuk si pria, si gadis yang tidak bisa menceritakan tentang apa yang terjadi, ia berjanji akan datang sebisanya dan ia meminta pada si pria membuka hati untuk wanita lain. Si gadis sering menceritakan banyak hal, namun ia tidak pernah menceritakan di mana jenazahnya di semayamkan. Mereka dulunya bertetangga, saling mengenal sejak berumur lima tahun. Awalnya mereka tidak mencintai satu sama lain, hingga akhirnya keduanya kehilangan kontak dan orang tua gadis itu pun tidak tau kemana perginya.
Saat si pria berada di Jepang, tak disangka ia bertemu dengan si gadis secara kebetulan. Pertemuan yang singkat dan menghilang perlahan-lahan membuat si pria sadar bahwa mereka berbeda dunia. Setelah pertemuan itu, si gadis tidak pernah muncul lagi, setelah berbulan-bulan secara tiba-tiba si gadis muncul lagi dan si pria menganggap pertemuan mereka yang pertama adalah mimpi. Seperti biasa, si gadis muncul secara tiba-tiba dan akhirnya menghilang dengan perlahan seperti asap.
Jam di hotel berdentang untuk kesekian kalinya yang merupakan tanda agar ia segera melapor-keluar dari hotel itu. Sebelum ia keluar, ia menyempatkan membaca naskah novel yang dibuat oleh si gadis. Setelah membayar sejumlah uang tambahan akibat keterlambatannya melapor, seorang petugas hotel menyerahkan seekor kucing yang katanya dari seorang gadis yang mengaku sebagai adiknya dan ada sepucuk surat yang di titipkan untuknya. Kucing tersebut diberi nama Tanda, kucing tersebut bukan diberikan untuk dipelihara melainkan sebagai pertanda bahwa si gadis akan menghilang untuk selama-lamanya. Setelah dari kampusnya di Universitas Kyoto untuk mengambil dokumen serta si pria meminta izin kepada pemilik apartemen untuk memelihara Tanda di dalam apartemennya. Terdengar suara ketukan di pintu, Tanda berlari menuju pintu dan akhirnya si pria meninggalkan kegiatannya saat itu untuk menemui orang di balik pintu. Ternyata yang datang adalah si gadis, ia menyerahkan tas belanja yang di jinjing olehnya kepada si pria. Awalnya mereka hanya membahas film dan kemudian si pria menanyakan tentang kematiannya. Si pria begitu penasaran, namun si gadis tidak ingin membahas itu, ia tidak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Si gadis menangis  di dalam pelukan si pria, hingga akhirnya si gadis menghilang lagi.
Malam itu si pria tidur satu ranjang dengan Tanda. Ia bermimpi mengikuti seorang gadis dari bandara menuju sebuah rumah, gadis itu berbicara dengan orang tuanya. Lima tahun yang lalu orang tuanya meninggal dan si gadis menghilang entah kemana. Mimpi si pria berpindah ke tempat yang berbeda. Di dalam mimpinya si gadis bersama dengan seorang lelaki dan si gadis menyenderkan kepalanya pada lelaki itu. Kemudian mimpi si pria berpindah ke tempat yang lain lagi, yaitu di sebuah kapal pesiar. Si gadis dan si lelaki itu bertengkar di suatu kamar,keduanya terus beradu mulut dan saling melempar barang yang ada di dalam kamar itu. Hingga akhirnya si lelaki itu membekap wajah gadis itu menggunakan bantal hingga tak bernyawa, kemudian diikatnya tangan dan kaki si gadis, lalu diperkosanya. Kemudian si lelaki itu memasukan benda-benda yang berat kedalam tas dan diikatnya pada tubuh si gadis. Malam hari, si lelaki memberikan sejumlah uang kepada orang untuk mengangkat tubuh si gadis keluar dari kamar. Saat si pria mengejar, namun ia kembali bermimpi yang lain dan saat si pria terbangun dari mimpi buruknya, keringat membasahi tubuhnya dan ia bertanya-tanya dalam hati apakah yang dialaminya itu nyata.
Kemudian terdengar suara ketukan di pintu, si pria berlari menuju pintu dan berharap si gadis yang datang. Namun yang datang bukanlah si gadis melainkan seorang perempuan yang tidak dikenalnya. Lalu si perempuan itu memanggil sebuah nama dan kucing “Tanda” mendatanginya. Si pria tidak percaya, ia terus menyangkal bahwa kucing itu diberikan oleh petugas hotel dan segera merebut kucing itu dari si perempuan. Sedangkan si perempuan menyatakan bahwa kucing itu yang bernama Aizu adalah miliknya dan ia berterima kasih kepada si pria karena telah menemukan Aizu. Lalu si perempuan mengundang si pria untuk sarapan di apertemennya pagi itu.
Awalnya si pria ingin menolak, namun ia tidak tau bagaiman cara menolaknya dan akhirnya ia memutuskan untuk memenuhi undangan sarapan itu, sebelumnya ia mengunci pintu dan di sepanjang koridor apartemen, si pria dan si perempuan mulai berkenalan. Sedangkan televisi di dalam apatene si lelaki yang masih menyala tersebut menampilkan berita tentang penemuan tulang tengkorak seorang gadis di dalam sleeping bag yang terikat batu.


D.  ANALISIS
Biografi
Reni FZ atau Reni Fatimatuz Zahro, penulis yang tidak memberikan alamat lengkap di buku kumpulan cerpen pilihan kampus fiksi emas 2017; Hari Anjing-Anjing menghilang, sulit sekali mencari biografinya. Yang tertera di buku kumpulan cerpen pilihan kampus fiksi emas 2017 yaitu makhluk impulsif yang menyukai Liverpool, petualangan, dan segala hal berbau astronomi. Racauannya bisa dibaca di renireswara.blogspot.com dan akan senang kalau disapa di Twitter.
Dewi Kharisma Michellia, lahir di Denpasar, 13 Agustus 1991. Pernah menjadi reporter dan redaktur berita di pers mahasiswa BPPM Balairung (2010-2013), editor in-house untuk lembaga riset dan penerbitan PolGov (2013-2015). Elegi merupakan kumpulan cerpen pertamanya (Grasindo,2017) dan sebelumnya ia menulis novel Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya (Gramedia Pustaka Utama,2013), dan A Copy of My Mind (Grasindo,2016).
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yag fisik saja seperti ujaran dan tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, maupun keputusan-keputusannya.
Alur Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat yaitu flashback karena yang pertama menceritakan meninggalnya tokoh Ling, dilanjutkan peristiwa sorot balik berupa kehidupan Gesang setelah meninggalnya Ling, dilanjutkan kembali lagi menceritakan tentang kematian Ling, dan terakhir penyelesaian berupa pertemuan antara Gesang dan Ling. Sedangkan cerpen Tanda alurnya maju karena terdapat flashback sebentar atau kilatan.
Di dalam sebuah cerita, sering digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, karakter dan karakterisasi secara pengertian yang hampir sama. Abrams, Baldic ( dalam Nurgiyantoro,2013:247) tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama, sedang penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakannya
Terma ‘karakter’ biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter menunjuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada orang yang bertanya;”berapa karakter yang ada dalam cerita itu?. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut seperti yang tampak implisit pada pertanyaan; “menurutmu, bagaimanakah karakter dalam cerita itu?”
Tokoh utama dalam cerpen sepasang serasah cokelat yaitu tokoh Gesang dan Ling. Teknik penggambaran tokoh yang digunakan dalam cerpen ini teknik Dramatik yaitu teknik cakapan. Dapat dilihat pada kutipan berikut:
“kau yakin?” kali ini Rik bertanya dengan hati-hati. Dia satu-satunya orang yang tahu seberapa kacaunya aku kalau sampai perhitunganku meleset.
“tidak untuk kali ini. Hitungannya pas. Aku bahkan memeriksanya berkali-kali. Tahun ini adalah saat yang tepat.”
“kalau meleset?”
Aku menatap Rik dengan keseriusan yang tak terbantahkan. “kuharap kau masih menyimpan kretek,” kataku ringan tapi serius.
Pada kutipan dialog diatas menggambarkan sifat kedirian, karakter, tokoh pelakunya kepada pembaca. Dimana tokoh Gesang tetap pada keyakinannya bahwa Ling akan di reinkarnasi pada tahun tersebut. Di dalam cerpen Tanda, tokoh pria tetap pada keyakinannya. Dapat dilihat pada kutipa berikut:
Terpengaruh dialog film yang ia setel,ia teringat orang tuanya tak pernah mengunjunginya ke Jepang. Ia pun barangkali hanya menerimatelepon sekali dalam setahun.
“mungkin, suatu saat aku akan mati kesepian, seorang diri, tak dikenali siapa-siapa,” bisiknya kepada diri sendiri, “jenazahku mungkin tidak akan ditemukan siapa pun, seperti dia.”
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam sebuah cerita, semesta yang ikut berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Biasanya, latar diketengahkan lewat baris-baris kalimat deskriptif. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya.  Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya, dapat berupa hari, bulan, dan tahun.
Latar tempat pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat yaitu di Thailand, dapat dilihat pada kutipan berikut “...sapaan ramah itu dilontarkan dalam Bahasa Thai oleh seorang biksuni saat aku menjejakkan kaki di Wat Nong Pah Pong, salah satu wihara di Thailand...” dan Latar waktu : malam hari, dapat dilihat pada kutipan berikut “Ge, bisa antar saya ke Tangerang? Penting,” kata ling di telepon, sekitar dua jam yang lalu... ingin rasanya aku menawarkan untuk menundanya besok pagi saja...”
Sedangkan latar tempat cerpen Tanda yaitu di Jepang, dapat di lihat pada kutipan berikut  “setelah perjalanan empat puluh menit dalam kereta, dan mengambil sejumlah dokumen ke kampusnya di Universitas Kyoto...” dan Latar waktu yaitu pagi hari, dapat dilihat pada kutipan berikut “saat terbangun, si pria merasa matanya sembab lantaran menangis semalaman...”
Kesamaan latar tempat pada cerpen sepasang serasah cokelat dan cerpen tanda yaitu awalnya sama-sama berlatar tempat di Indonesia. Latar tempat pada cerpen sepasang serasah cokelat dapat dilihat pada kutipan berikut “...kuawasi setiap serpih abu yang dibawa angin sore di salah satu sudut Borobudur...” dan latar tempat pada cerpen tanda dapat dilihat pada kutipan berikut “mereka dulu bertetangga. Mereka saling mengenal sejak usia lima tahun. Hingga si gadis menghilang begitu saja dari hidup si pria... berada jauh dari Indonesia, si pria tak menyangka akan menemukan si gadis di sebuah taman di Osaka Jepang...”
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan sesuatu pengalaman begitu diingat. Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai dan memuaskan berkat keberadaan tema. Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita.
Kehilangan orang yang dicintai dikala maut merebutnya dari kita adalah saat-saat yang sangat menyedihkan. Disaat itu pula banyak yang berkata “tabahkan hatimu, ya. Kita semua akan mati, kita hanya menunggu giliran” dan sambil mengelus pundak. Bagi si pengucap, hanya kalimat itu yang bisa diucapkannya, sedangkan bagi pendengar kalimat tersebut tak bermakna apapun,yang dirasa hanyalah luka, terpuruk, dan kacau. Setelah kepergian orang tercinta, terjadi perubahan di kehidupan.
Dalam cerpen Sepasang Serasah Cokelat dan cerpen Tanda  tentang kematian, apakah kematian merupakan akhir dari segalanya? Ternyata tidak, setelah kematian maka akan hadir cerita-cerita uang baru. Sama halnya dengan yang diajarkan dalam agama islam, setelah kehidupan di dunia masih ada kehidupan selanjutnya yakni alam Barzakh (kubur), kehancuran alam semesta, hari kebangkitan, berkumpulnya manusia di Padang Mahsyar, syafaat yaitu pertolongan untuk menyampaikan permohonan kepada Allah, Hisab yaitu hari perhitungan amal manusia, penyerahan catatan amal,  Mizan yaitu dimana amal manusia ditimbang, kemudian sirat yaitu jembatan menuju surga dan neraka. Banyak opini dimasyarakat tentang ruh orang yang meninggal akan bergentayangan dirumah selama 40 hari bahkan bertahun-tahun, berinteraksi dengan manusia.
Namun doktrin reinkarnasi dalam agama Buddha bertolak belakang dengan ajaran agama islam. Apa itu kematian? Menurut YM. Nyanatiloka, kematian biasanya disebut lenyapnya indera vital terbatas pada satu kehidupan tunggal dan bersamaan dengan fisik-kesadaran proses kehidupan yang umumnya disebut “manusia, binatang, kepribadian, ego, dan seterusnya” dengan kata lain sesungguhnya kematian adalah peleburan dan pelenyapan dari setiap kombinasi mental fisik sesaat yang terjadi berulang kali karenanya terjadi pada setiap saat (Walshe,2010:30).
Apa itu reinkarnasi? Reinkarnasi merupakan istilah yang digunakan oleh mereka yang percaya bahwa suatu entitas nyata (sebuah”jiwa”) ada dan berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan selanjutnya, menempati tubuh yang berganti-ganti...kelahiran lagi menunjukan pandangan ajaran Buddha bahwa meski ini yang kelihatannya terjadi, proses yang sebenarnya adalah sepenuhnya impersonal (Walshe, 2010:33).
Kepercayaan di dalam agama Buddha, kelahiran kembali tidak selalu dalam bentuk manusia, tetapi dapat dalam bentuk makhluk yang lain seperti makhluk gaib. Di dalam cerpen Sepasang Serasah Cokelat dan cerpen Tanda, keduanya memiliki persamaan dalam kepercayaan yaitu roh manusia yang sudah meninggal masih bisa kembali ke dunia manusia yang masih hidup.
Dalam cerpen Sepasang Serasah Cokelat dan cerpen Tanda, keduanya memiliki persamaan tema yaitu berupa seorang pria yang kehilangan seseorang yang ia cintai yang pernah di perkosa dan di bunuh oleh lelaki yang lain. Si pria berharap untuk bisa bertemu dengan kekasihnya.
Sudut pandang pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat yaitu sudut pandang persona pertama “aku” tokoh utama karena mengisahkan berbagai peristiwa yang dialaminya, peristiwa tindakan, dan orang lain diceritakan ketika berhubungan dengan dirinya atau dipandang penting. Sedangkan pada cerpen Tanda menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tau karena narator mengetahui segalanya baik berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh dalam cerita.
Perbedaan yang terdapat dalam cerpen sepasang serasah cokelat dan cerpen tanda sebagai berikut:
Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat tokoh wanita di perkosa saat ia masih hidup tepatnya pada saat kerusuhan di tahun 1998, sedangkan pada cerpen Tanda tokoh si gadis di perkosa saat ia sudah meninggal.
Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat tokoh wanita di bunuh pada 9 oktober 1998 saat sebelum ia berangkat ke bandara untuk memberikan kesaksian pada Kongres Amerika Serikat, terdapat sebelas luka tikaman di tubuhnya dan pembunuhan Ling merupakan ancaman terhadap penyingkapan tragedi kerusuhan 1998. Sedangkan pada cerpen Tanda tokoh si gadis di bunuh ketika ia bertengkar bersama lelaki di dalam sebuah kamar di kapal pesiar, wajah gadis itu di bekap menggunakan bantal hingga tak bernyawa, kemudian tangan dan kaki si gadis itu diikat, lalu diperkosa. Kemudian si lelaki itu memasukan benda-benda yang berat kedalam tas (sleeping bag) dan diikatnya pada tubuh si gadis
Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat tokoh wanita setelah meninggal tidak hadir sebagai arwah, melainkan hadir dengan tubuh yang lain atau kelahiran kembali. Sedangkan pada cerpen Tanda si gadis hadir sebagai arwah.
       Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat saat si pria ingin melupakan tentang si wanita, malah semakin sering ia memimpikan kekasihnya. Sedangkan pada cerpen Tanda saat si pria ingin melupakan tentang si gadis, malahan si gadis terus-terusan hadir di kehidupannya.
Pada cerpen Sepasang Serasah Cokelat keyakinan akan adanya reinkarnasi membuat keduanya bertemu kembali, sedangkan pada cerpen Tanda melalui seekor kucing yang di berikan arwah si gadis tersebut untuk mempertemukan si pria dengan wanita yang kelak akan ia cintai



KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa cerpen sepasang serasah cokelat karya Reni FZ dan cepen tanda karya Dewi Kharisma Michellia terdapat kesamaan di antara keduanya.
Analisis menggunakan dua teori yaitu sastra bandingan dan intertekstual dapat menjelaskan bahwa kemiripan yang terdapat dalam sebuah karya sastra  yang dihasilkan di tempat dan waktu yang berlainan. Baik itu dari latar tempat awal pertemuan keduanya yaitu di Indonesia, serta berupa kesamaan keyakinan, bahkan kesamaan tema berupa seorang pria yang kehilangan kekasihnya, dan teknik penggambaran tokoh yang digunakan dalam kedua cerpen ini teknik Dramatik yaitu teknik cakapan. Selain itu terdapat pula perbedaan dalam dua cerpen tersebut baik berupa sudut pandang, bahkan perbedaan dari unsur-unsur lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Affiq, Umar, dkk. 2017. Hari Anjing-Anjing Menghilang. Yogyakarta: Diva Press.
Damono, Djoko, Sapardi. 2015. Sastra Bandingan. Editumss
Hartoko, Dick, dan Rahmanto, B. 1986. Pemandu di Dunia SASTRA. Yogyakarta: KANISIUS.
Michellia, Kharisma, Dewi. 2017. Elegi. Jakarta: Grasindo.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra;  perkenalan awal terhadap ilmu sastra. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Walshe, M. O’C. 2010. AJARAN BUDDHA DAN KEMATIAN. Terjemahan oleh Seng Hansun. Yogyakarta: Vidyasena Production.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2016. Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.